Pemkab Serang Akan Kembangkan Komoditas Dinilai Lebih Berharga dari Porang, Pasar Ekspor di Australia Tinggi

KabarKlik.com – Talas Beneng akan menjadi komoditas ekspor baru yang dikembangkan petani di Kabupaten Serang.
Tanaman liar talas beneng tersebut disebut diminati pasar ekspor dan harga jualnya cukup tinggi.
Bahkan perminatan ekspor terhadap talas beneng dinilai lebih berharga daripada Porang yang sebelumnya sempat booming.
Budidaya talas beneng di Kabupaten Serang akan dilakukan di sejumlah kecamatan yang dinilai memenuhi kriteria.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Serang Suhardjo mengatakan, pihaknya sempat meninjau budidaya talas beneng di salah satu kecamatan.
Talas beneng merupakan tanaman yang sudah dipatenkan oleh Kabupaten Pandeglang.
“Tapi di Pandeglang tidak berkembang, justru di kita berkembang baik ada di Pabuaran, Padarincang, Waringinkurung,” ujarnya kepada Kabar Banten, Senin 13 Maret 2023.
Ia mengatakan, talas beneng dipilih karena semua bagiannya bermanfaat. Diantaranya daunnya bisa dibuat menjadi bahan tembakau, kulit batang daunnya apabila dikupas kemudian dijemur bisa dijadikan kerajinan semacam eceng gondok.
“Bisa bikin tas, kursi dan lainnya, kualitasnya bagus. Dalam batangnya bisa buat kain, serat benang,” ucapnya.
Kemudian umbinya bisa dijadikan tepung, dan bisa dibuat bahan roti atau pun brownies. Ternyata kata dia brownies yang ada di Bogor bahan talas benengnya dari Kabupaten Serang.
“Saat ini yang sudah jalan budidaya talas beneng ada di Pabuaran. Pak Arif penyuluh sudah kembangkan mengolah daunnya jadi tembakau, tepungnya karena belum ada alatnya jadi dibuat di Curug Kota Serang,” tuturnya.
Ia mengaku sempat bertemu dengan Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah dan bersepakat untuk menjadikan talas beneng sebagai olahan khas Kabupaten Serang.
Rencananya kedepan talas beneng akan dikembangkan di sejumlah wilayah di Kabupaten Serang. Saat ini berdasarkan data dari penyuluh, budidaya talas beneng se-Kabupaten Serang ada 140 hektare.
Kedepan ia ingin ada sentuhan pengolahan lahan, sebab selama ini talas beneng tumbuh secara liar.
Menurut dia tanaman talas beneng sangat menguntungkan sebab bisa berumur 2-3 tahun.
Pada tahun pertama sejak tanam usia empat bulan bisa panen daun, dengan luasan satu hektare bisa panen 1 ton daun per bulan.
Kemudian setelah dua tahun panen daun, baru kemudian bisa diambil umbi. Setelah itu baru kemudian petani tanam lagi talas beneng dari awal.
Untuk saat ini daun talas beneng diekspor ke Australia. Bahan daun talas beneng dibutuhkan dalam jumlah besar di Australia.
“Pasar sudah ada. Kalau talas beneng lihat prospeknya cukup bagus ini kita untuk ekspor masih kekurangan bahan,” ucapnya.
Talas beneng bisa tumbuh di dataran tinggi, dengan kandungan oksalat tidak terlalu tinggi.
Diantaranya wilayah yang cocok untuk budidaya ada di Pabuaran, Padarincang, Cinangka, Waringinkurung. Saat ini budidaya talas beneng sudah jalan secara mandiri tanpa bantuan pemerintah.
“Tahun ini masih pembinaan dan pendataan untuk bantuan belum mulai karena anggaran belum tersedia. Kita masih intip-intip di pusat ada anggaran atau provinsi kita akan dorong kesana. Pak Arif sudah jalan walau tanpa bantuan,” tuturnya.
Suhardjo mengatakan, untuk harga jual daun talas beneng daun segar dihargai Rp1.000 per kilogram. Sedangkan untuk daun kering Rp22.000-30.000 per kilogram. “Kalau ekspor antara 3,5-5 dolar,” tuturnya.
sumber : https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com/