KabarKlik.com – Adi Jihadi, seorang mantan anggota ISIS asal Pandeglang, Banten, menceritakan perjalanan hidupnya yang penuh intrik dan keputusan yang kelam, sebelum akhirnya menemukan cahaya dalam kegelapan.
Adi Jihadi mengungkapkan bahwa keterlibatannya dalam kelompok ekstremis dimulai pada masa konflik di Poso, di mana dia terpapar pada ideologi radikal dan direkrut ke dalam jaringan ISIS. Seiring berjalannya waktu, Adi terlibat dalam berbagai kegiatan terlarang, termasuk rekrutmen, penggalangan dana, dan bahkan pembelian senjata di luar negeri.
“di sana saya ikut serta dalam perekrutan, pendanaan, untuk pemberangkatan ke Suriah,” kata Adi.
Namun, kehidupannya berubah secara drastis ketika dia ditangkap oleh Densus 88 pada tahun 2017. Dalam masa tahanan yang panjang, Adi menggunakan kesempatan ini untuk merenungkan perbuatannya. Dia menyatakan bahwa pembacaan Alquran dan karya tafsir menjadi titik balik dalam hidupnya, membuka matanya terhadap kesalahan yang telah dia lakukan.
“Di lapas inilah saya banyak membaca buku. karena di sana ada perpustakaan, disana banyak membaca buku tafsir. nah di sana saya mulai terbuka bahwa selama ini yang saya lakukan secara pribadi itu salah,” ujar Adi.
Adi Jihadi dengan tulus mengakui dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindakannya, terutama serangan teroris yang mengakibatkan korban jiwa dan penderitaan keluarga yang ditinggalkan. Namun, dari pengalaman pahit itu, Adi menemukan tekad baru untuk memperbaiki kesalahannya dan mencegah orang lain terjebak dalam jaringan ekstremis.
“nah sedangkan di quran sendiri harusnya kita menyantuni anak yatim tapi pada kenyataannya apa yang kami lakukan itu menjadikan mereka yatim nah di sinilah akhirnya mulai mengkilas balik,” ucap Adi.
Kisah Adi Jihadi menegaskan pentingnya refleksi, penyesalan, dan pertobatan dalam menghadapi kegagalan moral, serta perlunya upaya bersama untuk mencegah penyebaran radikalisme dan terorisme di masyarakat.
