KabarKlik.com – Cilegon, Arief Fuady, seorang mantan narapidana terorisme (napiter) asal Cilegon, mengungkapkan perjalanan hidupnya dari bergabung dengan kelompok radikal hingga kembali ke pangkuan masyarakat. Arief yang pernah terlibat dalam kelompok radikal seperti Jamaah Islamiyah (JI) dan NII, kini menyadari kesalahannya dan mengajak masyarakat untuk berhati-hati terhadap paham ekstremisme. (8 Agustus 2024)
Dalam sebuah pernyataan, Arief mengisahkan awal mula keterlibatannya dengan kelompok radikal pada tahun 1997, ketika ia bekerja di sebuah perusahaan di Anyer, Cilegon. Meski sudah mapan secara ekonomi, Arief merasa ada kekosongan dalam sisi rohaninya, yang kemudian membuatnya bergabung dengan kelompok pengajian. Sayangnya, pengajian tersebut menjadi pintu masuk bagi Arief untuk terlibat dengan NII, kelompok yang dikenal dengan paham takfiri yang ekstrem, menganggap siapa saja di luar kelompok mereka sebagai kafir.
Selama bertahun-tahun, Arief terlibat dalam kelompok tersebut, hingga akhirnya ia beralih ke kelompok Jamaah Islamiyah setelah mengikuti beberapa kajian yang diselenggarakan di sebuah pesantren di Rangkasbitung. Arief merasa nyaman dengan kelompok baru tersebut, yang menurutnya sejalan dengan pemahaman para ulama. Namun, setelah beberapa aksi terorisme yang dikaitkan dengan JI muncul di media nasional, Arief mulai meragukan keterlibatannya.
Puncaknya, pada 13 Agustus 2021, Arief ditangkap oleh petugas keamanan dan ditempatkan dalam program deradikalisasi. Selama proses ini, Arief semakin menyadari bahwa tindakan yang dilakukannya selama ini bertentangan dengan ajaran agama yang sesungguhnya. Akhirnya, pada 30 Juni 2024, Arief bersama rekan-rekannya secara resmi mengundurkan diri dari Jamaah Islamiyah.
Dalam pesan terakhirnya, Arief mengimbau umat Muslim untuk berhati-hati dalam mencari ilmu agama dan memastikan bahwa sumbernya adalah ulama-ulama yang muktabar dan diakui. Ia menegaskan pentingnya menghindari paham-paham ekstrem, baik kanan maupun kiri, agar ilmu yang dipelajari dapat dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat.
Arief berharap pengalamannya ini dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat, terutama dalam menghadapi berbagai bentuk radikalisme yang mengancam keutuhan bangsa dan negara.