Generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z, memiliki peran signifikan dalam melawan penyebaran hoaks yang marak menjelang Pemilu 2024, terutama di media sosial. Karena generasi ini sangat akrab dengan teknologi dan platform digital, mereka diharapkan mampu membantu menghentikan laju hoaks.
Menurut laman Universitas Pasundan (Unpas), yang diakses pada Kamis, 11 Januari 2024, penyebaran hoaks meningkat drastis setelah penetapan pasangan calon presiden dan wakil presiden (Pilpres 2024), serta makin masif pascadebat Pilpres yang diselenggarakan oleh KPU.
Tresia Wulandari, dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unpas, menjelaskan bahwa sosialisasi merupakan langkah paling efektif untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh hoaks. Milenial dan Gen Z harus menjadi target utama dalam kampanye antihoaks karena mereka lebih dekat dengan media sosial, yang memungkinkan mereka berperan aktif dalam menciptakan Pemilu yang berkualitas.
“Milenial dan Gen Z merupakan kelompok pemilih terbesar di Pemilu 2024. Sebagai pemilih pemula, mereka memiliki peran penting dalam menciptakan Pemilu yang berkualitas karena antusiasme mereka sangat tinggi,” ujar Tresia.
Namun, generasi muda ini juga rentan terpapar hoaks karena faktor emosional yang belum stabil. Hoaks dapat menyebabkan apatisme di kalangan anak muda, yang dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk kepentingan politik.
Selain sosialisasi tentang bahaya hoaks, Tresia menekankan pentingnya literasi media. “Media sosial sangat rentan disusupi hoaks, sehingga literasi politik juga diperlukan, misalnya melalui diskusi kelompok terarah atau pembelajaran politik yang netral,” tambahnya.
Hoaks politik dapat memecah belah masyarakat, terutama jika masyarakat tidak mampu memverifikasi informasi dari sumber-sumber terpercaya. Oleh karena itu, Tresia menganjurkan penggunaan kanal resmi Kemenkominfo untuk memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya. Dengan demikian, pemilih dapat lebih bijak dan membantu menciptakan Pemilu yang damai dan berkualitas.
Pada tahapan kampanye Pemilu 2024, tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bersaing adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Nomor urut 1), Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Nomor urut 2), dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (Nomor urut 3).
Setelah masa kampanye, Pemilu akan memasuki masa tenang selama tiga hari sebelum hari pemungutan suara pada 14 Februari 2024. Saat ini, proses penyortiran surat suara tengah berlangsung, seperti yang dilakukan di gudang logistik KPU Kota Bandung pada 9 Januari 2024, di mana lebih dari 1.000 pekerja menyortir dan melipat surat suara untuk DPD RI, DPR RI, DPRD Jawa Barat, dan DPRD Kota Bandung.
Pentingnya Pemahaman Pemilu bagi Mahasiswa
Pemilu 2024, yang terdiri dari Pilpres dan Pileg, perlu diawasi oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mencegah potensi kecurangan. Mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dalam pengawasan partisipatif, terutama dalam memberikan informasi awal untuk mengantisipasi pelanggaran.
Anggota Pasundan Debate Club, Fakultas Hukum Unpas, baru-baru ini mengunjungi KPU Jawa Barat untuk memperdalam pemahaman mereka tentang tahapan Pemilu dan pentingnya pendidikan pemilih. Menurut Rizky Berliantha, Ketua Departemen Eksternal Pasundan Debate Club, pendidikan pemilih sangat penting untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih, serta mengurangi potensi kecurangan.
Melalui program pendidikan pemilih dari KPU Jabar, mahasiswa mendapat wawasan yang lebih luas, selain teori yang mereka dapatkan di kelas. Rizky berharap kegiatan ini akan mempererat kerja sama antara FH Unpas dan KPU Jabar, serta membantu meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu 2024.
“Kami berencana menyebarkan informasi ini melalui media sosial dan komunitas kampus, serta mendorong mahasiswa untuk berkontribusi secara langsung dalam proses Pemilu,” tutupnya. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agent of change dalam mewujudkan Pemilu yang demokratis dan transparan.
