KabarKlik.com – Militer Suriah menyatakan pada Sabtu (30/11) bahwa puluhan tentaranya tewas dalam serangan besar-besaran yang dilakukan pasukan pemberontak di Kota Aleppo, barat laut Suriah. Serangan mendadak ini memaksa militer Suriah mengerahkan kembali pasukan dalam jumlah besar dan menjadi tantangan terbesar bagi Presiden Bashar al-Assad selama bertahun-tahun. Serangan yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham ini mengguncang garis depan perang saudara Suriah yang sebagian besar telah membeku sejak 2020, menghidupkan kembali pertempuran di wilayah dekat perbatasan Turki.
KabarKlik.com melaporkan, militer Suriah menyatakan sedang mempersiapkan serangan balik untuk merebut kembali Aleppo dan mengembalikan otoritas negara. Pasukan pemberontak dilaporkan telah memasuki sebagian besar Aleppo, yang telah berada di bawah kendali penuh pemerintah sejak 2016. Gambar-gambar yang beredar menunjukkan pejuang pemberontak berkumpul di Lapangan Saadallah al-Jabiri dengan papan reklame Assad di belakang mereka. “Saya putra Aleppo, dan mengungsi dari sana delapan tahun lalu, pada tahun 2016. Alhamdulillah kami baru saja kembali. Itu adalah perasaan yang tak terlukiskan,” kata Ali Jumbaa, seorang pasukan pemberontak, seperti yang ditayangkan dalam rekaman televisi, melansir Irish Independent.
Serangan tersebut juga mengakibatkan jatuhnya korban sipil akibat serangan udara dari pesawat tempur tak dikenal di pusat kota Aleppo. Sejak Sabtu pagi waktu setempat, pasukan pemberontak telah merebut lebih dari 50 desa di bagian timur dan tenggara Idlib, dan sebagian besar Aleppo, seperti dilansir Anadolu. Pada 27-28 November, kelompok-kelompok anti-rezim dengan cepat maju dari pedesaan Aleppo barat menuju pusat kota.
Komando militer Suriah menyatakan pasukan pemberontak menyerang dalam jumlah besar dan dari berbagai arah. Militer Suriah melakukan operasi penempatan kembali untuk memperkuat pertahanan, menyelamatkan warga sipil dan tentara, serta mempersiapkan serangan balik. Militer Suriah juga menyatakan pemboman telah menghentikan pemberontak dari membangun posisi tetap dan berjanji akan mengusir pasukan pemberontak serta mengembalikan kendali atas seluruh kota dan daerah pedesaannya.
